Boo

Kami berdiri untuk cinta.

© 2024 Boo Enterprises, Inc.

Dust Alelaq
Dust Alelaq

6b

INFP

1 Penghargaan

Pujangga Bojong Kenyot Reborn

Sekarang saya lagi di kamar si Kudil. Memang semalam itu saya menginap di sini. Ini saya baru bangun tidur. Tapi si Kudil ga ada. Saya harap sih, dia ga ada karena sedang buatin saya kopi. Sekaligus menyediakan saya pisang goreng hangat di dapur. Sepertinya saya mau beranjak ke sana, deh. Ke kursi dan meja kreasinya si Kudil. Di sana kan, ada laptop berlogo apel kegigit. Saya mau buka laptopnya. Saya mau menyetel musik. Saya mau menghiasi pagi ini dengan diiringi oleh berbagai macam genre lagu. **** ❝Bekerja itu capek. Menulis juga sama. Memikirkan kamu apalagi. Ini yang paling capek. Tapi justeru ini yang paling aku suka di antara ketiganya.❞ Dini hari. Sebelum tidur. Allahu Akbar. Sekonyong-konyong saya kaget. Ini saya sedang membaca tulisan Kudil di layar laptopnya. Kebetulan ini Microsoft Wordsnya belum dia close. Edan benar si Kudil. Bisa-bisanya dia bikin lagi kalimat-kalimat begini. Ini dia bikin untuk siapa sih? "Eh, koplok! Ngapain lo?!", eh ini sekonyong-konyong si Kudil datang, langsung mengagetkan saya lagi. Saya cuma bisa beralasan: "Ga ngapa-ngapain. Cuma mau buka musik. Mau dengerin lagu Fatwa Pujangga - Said Effendi." "Dih, boong?! Lo buka-buka ya words gue?!" "Yeh nuduh lo. Orang belom lo close. Ya gue ga sengaja baca!", ini saya mengaku dengan jujur. "Terus gue salah, gitu?" "Bukan." "Apa, atuh?!" "ANDRE ONANA!" "Yasalam. Beban MU gue!", sekonyong-konyong saya mengatakan itu sambil menepok jidat saya sendiri. "Bukan lah!" "Beban apa, dong?" "Lo mah beban semuanya. Beban keluarga lo. Kadang, beban keluarga gue. Tapi lebih sering jadi beban ocehan tetangga yang lain juga.", si Kudil ngomong begini diakhiri dengan ketawa brutal. "Nah ini baru gue setuju.", ini saya ngomong sambil mengangkat jempol kanan saya, dan saya arahkan ke jidatnya si Kudil. "Siapa, sih Dil?", ini saya bertanya lagi ke si Kudil. "Siapa apanya?" "Itu. Wanita yang udah bikin jiwa pujangga lo bangkit lagi?!" Kudil ketawa tipis, seperti ulam-ulam ngicuk. Yang kalo saya balik jadi malu-malu kucing. "Kagak ada, pea! Itu gue iseng doang!" "Emang lo mah, awalnya dari iseng-iseng." "Udah minum, nih. Jangan ngecapruk wae?!", oh ini si Kudil sambil nyodorin saya segelas kopi hitam. "Nih, jajaran stafnya, mbah?!", kata si Kudil ke saya lagi sambil nyodorin sepiring tumpukkan pisang goreng hangat. "Nah, gitu dong. Ini baru namanya Pujangga Bojong Kenyot yang welas asih." **** Kudil merapihkan kasur tidurnya. Yang bekas saya tidurin juga tadi. Posisi dia ada di belakang saya yang sedang duduk di hadapan meja kreasinya. Laptop masih hidup. Belum saya matikan. Tapi file Microsoft Words, udah Kudil save dan close. Sedangkan lagu Fatwa Pujangga yang saya putar ini, sudah masuk coda. Kriuk kriuk! Oh ini bukan bunyi bereunyit yang coba menggigiti jempol kaki saya. Melainkan bunyi yang berasal dari suara mulut saya. Yang sedang melahap pisang goreng hangat ini. Rasanya top. Ya walaupun sebenarnya saya tau, yang menggoreng pisang ini adalah bunda Mayang. Bundanya si Kudil. Bukan si Kudil. Dia cuma menyuguhkan aja ke saya. Tapi tetap, saya ingin mengucapkan "Haturnuhun, bunda Mayang. Haturnuhun, Kudil!". Saya sebutkan dua-duanya sengaja. Biar mereka ga iri-irian. Nanti saya dituduh pilih kasih lagi. Ahh! Oh kalo yang ini bukan suara lenguhan saya akibat dicipok cipok nyamuk. Melainkan suara saya menyeruput kopi hitam. Dan saya bisa pastikan. Bahwa kopi hitam ini memang buatan si Kudil. Bukan buatan Jesika. Buktinya mulut saya ga ngeluarin busa. Begitu saya menyeruput kopinya. Dan ini adukannya pas mantap. Ya Tuhan. Sungguh nikmat makanan dan minuman gratis mananalagi, yang bisa saya dustakan di pagi ini? Oh ini saya mengekspresikan rasa sukur. Saya bahagia punya tetangga seperti bunda Mayang. Dan anaknya si Kudil. Yang menjadi teman akrab saya sejak kecil. Eh, tapi di tengah rasa sukur ini, sekonyong-konyong pikiran saya melayang kembali. Untuk mengingat kalimat-kalimat yang Kudil buat di Microsoft Words itu. Sungguh saya masih penasaran. Siapa sih wanita yang berani-beraninya menggairahkan kembali jiwa pujangga Bojong Kenyot yang sudah lama terkubur, sehingga bisa bangkit kembali?! Ah, kok saya bisa ga tau sih?! Biarin deh. Itu nanti saya bisa tanyain lagi ke si Kudil. Mungkin sekarang dia belum mau cerita. Nanti kalo dia mau, dia pasti akan ceritain ke saya. Sekarang saya mau lanjut menghabisi kopi dan pisang goreng ini dulu. Kudil juga sebentar lagi mau berangkat untuk menjalankan rutinitasnya. Dan ini lagu yang sedang saya dengar, sekarang udah berganti menjadi lagu Someone Somewhere dari Asking Alexandria. Karena lagu ini, tadi saya masukin juga ke playlists. Ya udah nanti saya sambung lagi ceritanya. Kapan-kapan. Dah.

10

19

Komentar

Menulis Komunitas

Komunitas menulis, obrolan, dan diskusi.

GABUNG SEKARANG

22 rb JIWA

terbaik
baru

Bertemu Orang Baru

20.000.000+ UNDUHAN

GABUNG SEKARANG